CLICK HERE FOR BLOGGER TEMPLATES AND MYSPACE LAYOUTS »

Thursday, December 4, 2008

Betapa Sedikit Kita Bersyukur,,,,,,,Renungkanlah!!!!!!

Assalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh

Sahabat.. Bersyukurlah kepada Allah, walau bagaimanapun adanya dirimu, karena sungguh.. tiada ada satupun yang terjadi, melainkan semua itu adalah atas kehendak-Nya.

Dulu, ada seorang anak kecil, perlahan-lahan ia berusaha mengejar cinta Tuhan-nya, berusaha untuk sholat lima waktu tapi tak pernah bisa, akhirnya.. suatu ketika keinginan itu terwujud di usianya 9 tahun. Ia begitu bahagia.. sangat bahagia sekali..

Tapi alangkah kagetnya ia, usai shalat, seakan ada yang berbisik, "...., umur 20 tahun engkau meninggal..," ia begitu kaget sekali, bertahun-tahun ia hidup dihantui ketakutan, sering jatuh sakit, karena walau sakit sekecil apapun, jika difikir berat, sakit itu sesuai dengan fikiran kita.

Saat cobaan itu datang, yang ada di benaknya hanya satu, bisa menjalani hari-hari dengan baik, tidak terfikir nanti apakah bisa menikah, mengandung dan punya anak. Ia malu terus-terusan menyusahkan orang tua, terkadang jika sakit itu datang, hanya dipendamnya sendiri, airmatanya sering mengalir, sadar akan banyak dosa-dosanya, sadar akan sedikit sekali bekalnya, sadar akan sedikit sekali syukurnya.

Ketika sakit itu reda dan ia kembali sehat, betapa senangnya ia bisa menjalani hari-hari lagi, berusaha mengejar lagi ibadah-ibadahnya yang tertinggal, ia mohon pada Allah diberikan jodoh, namun sang pangeran itu tak kunjung datang.

Silih bergantinya siang dan malam, bilangan hari yang berganti tahun, begitupun dengan kondisi kesehatannya, anak itu tumbuh menjadi wanita dewasa, dalam hati ia bertanya-tanya, mengapa aku belum juga dipanggil Tuhan?, sedangkan usiaku sudah menjelang seperempat abad?!, Ya Allah, bukan maksud hatiku mendahului keputusan-Mu,...

Dari pengalaman yang panjang, dari jatuh bangun kehidupan, tibalah ia pada suatu kesimpulan, "Aku harus berusaha semaksimal mungkin di dunia ini untuk kehidupanku di akhirat kelak, karena sungguh, batas usia adalah takdir Allah yang tidak boleh kita dahului,"

Karena itu sahabatku, bersyukurlah akan bagaimanapun keadaan dirimu, jikalau kita melihat di bawah, sungguh.. masih banyak yang lebih menderita dari kita.

Jikalau engkau belum menikah, bersyukurlah.. karena dirimu masih diberi kesempatan untuk berbakti pada orangtua, jikalau tiba masanya nanti, butiran airmata akan mengalir dari kelopak matamu, sedih harus meninggalkan orangtua yang begitu tulus menyayangi kita, sedih berpisah dengan Bunda yang berpayah lelah mengandung, melahirkan dan membesarkan kita, sedih berpisah dengan ayah yang rela membanting tulang agar kita bisa makan dan hidup layak, sedih berpisah dengan saudara-saudara yang selalu mau meringankan beban kita Ya Allah, betapa sedikit sekali syukurku pada-Mu..

Jikalau engkau telah menikah, namun pendampingmu tak sesuai dengan impianmu, bersyukurlah.. karena sungguh, kekurangan itu tak sepadan dengan kelebihannya. Wahai sahabatku yang kusayang karena Allah, bukankah pernikahan adalah suatu bentuk perjanjian yang amat kuat dan kokoh?, pendampingmu adalah amanah terbesar yang Allah titipkan kepadamu, karena itu, bersyukurlah.. setiap kita tak akan pernah ada yang sempurna, jadi bagaimanakah mungkin kita bisa berharap pasangan kita akan sempurna?, belajarlah menerima kekurangannya, ikhlaslah dalam mendidiknya, jadikan ia sebagai sahabat sejatimu di dunia ini, insya Allah.. sorga dunia berada dalam genggamanmu.

Jikalau kita lebih dalam merenung hidup yang tinggal sepenggalan ini, kembali menuju Allah, akan membuat kita jauh lebih tenang dan bersyukur.. Sahabat, sungguh.. Allah selalu bersamamu.., Ia sungguh sangat menyayangimu..

Wasalaamu'alaikum warahmatullaah wabarakaatuh.

oleh :Ratna Dewi

Tuesday, December 2, 2008

cara mengatasi godaan setan

Ada sepuluh cara setidaknya, agar kita bisa menjawab godaan setan yang selalu ingin menjerumuskan kita ke jurang neraka. Cara praktis mengusir iblis dan bala tentaranya itu tertuang nasihat seorang ulama dalam dialog antara manusia dan iblis:

  1. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Anakmu mati," katakan kepadanya : Sesungguhnya mahluk hidup diciptakan untuk mati, dan penggalan mdariku(putraku) akan masuk surga. Dan hal itu membuatku bahagia".
  2. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Hartamu musnah," katakan kepadanya : "Segala puji bagi Allah Zat Yang Maha Memberi dan Mengambil, dan menggugurkan atasku kewajiban zakat."
  3. Jika ia datang kepadamu dan berkata:" Orang-orang menzalimimu sedangkan kamu tidak menzalimi seorangpun." maka katakan kepadanya : "Siksaan akan menimpa orang-orang yang berbuat zalim dan tidak menimpa orang-orang yang berbuat kebajikan (Mukhsinin)".
  4. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Betapa banyak kebaikanmu," dengan tujuan menjerumuskan untuk bangga diri(Ujub). Maka katakan kepadanya: "Kejelekan-kejelekanku jauh lebih banyak dari pada kebaikanku".
  5. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata:"Alangkah banyaknya shalatmu". Maka katakan : "Kelalaianku lebih banyak dibanding shalatku".
  6. Dan jika ia datang dan berkata: "Betapa banyak kamu bersedekah kepada orang-orang". Maka katakan kepadanya: "Apa yang saya terima dari Allah jauh lebih banyak dari yang saya sedekahkan".
  7. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak orang yang menzalimimu". Maka katakan kepadanya : "Orang-orang yang kuzalimi lebih banyak".
  8. Dan jika ia berkata kepadamu : "Betapa banyak amalmu". Maka katakan kepadanya: "Betapa seringnya aku bermaksiat".
  9. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Minumlah minuman-minuman keras!". Maka katakan : "Saya tidak akan mengerjakan maksiat".
  10. Dan jika ia datang kepadamu dan berkata: "Mengapa kamu tidak mencintai dunia?". Maka katakan : "Aku tidak mencintainya dan telah banyak orang lain yang tertipu olehnya".







Saturday, November 29, 2008

Muhasabah,Haruskah Akhir Tahun
(Al Fikrah No.01/Tahun IX/2 Muharram 1429 H)

Kebiasaan muhasabah (introspeksi diri) yang dilakukan oleh orang-orang seiring dengan bergantinya tahun merupakan 'budaya' yang rutin dikerjakan. Bahkan diantaranya ada yang beranggapan, hanya di akhir tahun waktu yang cocok untuk memuhasabah diri seseorang. Di sisi lain ada juga orang-orang yang menyepelekan muhasabah ini, sehingga tidak punya keinginan untuk memperbaiki dirinya.

Menyepelekan introspeksi diri dalam segala hal, dapat menyebabkan kehancuran pada diri seseorang. Mengapa demikian? Pertama, karena orang seperti itu banyak mengikuti hawa nafsunya sehingga tertipu dengan kenikmatan dunia. Kedua, biasanya mereka menyandarkan diri kepada ampunan Allah saja, sehingga tidak lagi peduli untuk mengintrospeksi dirinya sendiri. Lalu bagaimana pandangan Islam yang benar dalam mengintrospeksi diri
Pentingnya Bermuhasabah
Muhasabah berasal dari bahasa Arab yang artinya menghisab atau menghitung. Dalam penggunaan katanya, muhasabah diidentikkan dengan menilai diri sendiri. Dalam melakukan muhasabah, seorang Muslim menilai dirinya, apakah dirinya lebih banyak berbuat baik (beribadah) ataukah malah lebih banyak berbuat jahat (bermaksiat) dalam kehidupan sehari-hari. Dia mesti objektif melakukan penilaian, dengan menjadikan Al Qur’an dan Sunnah sebagai landasan utama untuk melakukan penilaian, bukan berdasar keinginan hawa nafsunya.

Idealnya seorang muslim melakukan muhasabah tiap hari. Menjelang tidur, kita mengevaluasi diri kita, apakah kita hari ini sudah melakukan banyak kebajikan atau kejahatan? Seberapa banyak kejahatan yang kita lakukan? Seberapa banyak kebaikan yang kita perbuat? Dan bukan sebagaimana anggapan orang pada saat ini yang mengatakan bahwa waktu yang paling tepat untuk mengintrospeksi perbuatan yang telah kita kerjakan hanya di akhir tahun atau pada saat adanya bencana. Taruhlah jika anggapan itu benar, maka bagaimana nasib orang yang ketika hidupnya belum sempat mendapatkan “akhir tahun”? Wallahul Musta’an.

Abdul Aziz bin Abi Rawwad menyatakan bahwa manusia ada 3 golongan:
1. Golongan beruntung, jika hari ini lebih baik dari hari kemarin. Maksudnya, amal perbuatannya hari ini lebih baik dari hari kemarin.

2. Golongan merugi, jika hari ini sama dengan hari kemarin. Dengan demikian, amal perbuatannya hari ini sama dengan hari kemarin.

3. Golongan celaka, jika hari ini lebih buruk dari hari kemarin. Ini berarti, amal perbuatannya hari ini lebih sedikit atau dosa yang diperbuatnya lebih banyak dari hari kemarin.

Maka dimanakah kita diantara ketiga golongan tersebut?
Metode yang bagus untuk mengatasi kekuasaan nafsu ammarah atas hati seorang mukmin adalah dengan selalu mengintrospeksi dirinya. Hal itu pun telah banyak disebutkan oleh para ulama, di antaranya Hasan al-Bashri—rahimahullah—berkata, “Seorang mukmin itu pemimpin bagi dirinya sendiri. Ia mengintrospeksi dirinya sendiri karena Allah. Sesungguhnya hisab pada hari kiamat nanti akan ringan bagi mereka yang telah mengadakannya di dunia. Sebaliknya hisab akan berat bagi kaum yang menempuh urusan ini tanpa pernah berintrospeksi."

Imam Ahmad dalam kitab Az Zuhud dan at-Tirmidziy dalam Sunannya meriwayatkan secara mauquf dari Umar bin Khaththab Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata,

“Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab! Timbanglah diri kalian sebelum kalian ditimbang! Sesungguhnya berinstropeksi bagi kalian pada hari ini lebih ringan dari pada hisab kemudian hari.”

Begitu juga dengan hari ‘aradh (diperlihatkanya amalan seseorang) yang agung. Allah berfirman (artinya),

"Pada hari ketika tiap-tiap diri mendapati segala kebajikan dihadapkan (dimukanya), begitu (juga) kejahatan yang telah dikerjakannya; ia ingin kalau kiranya antara ia dengan hari itu ada masa yang jauh… . (QS. Ali Imran: 30).

Jadi benarlah adanya, bagi setiap orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir untuk tidak melupakan introspeksi kepada dirinya, kerena dari situ seseorang bisa mengetahui kinerjanya dalam beramal shaleh dan bermaksiat.

Muhasabah Sebelum Beramal dan Sesudah Beramal
Sebelum kita berbuat (beramal), sebagai orang yang mempunyai akal, tentunya kita berpikir bahwa untuk memulai suatu pekerjaan bagusnya bagi setiap orang itu menanyakan kepada dirinya terlebih dahulu. Untuk apa sebenarnya dia melakukan amalan tersebut? Dan untuk siapa dia melakukannya? Karena begitu banyak orang yang tergesa-gesa melakukakan suatu pekerjaan tanpa memikirkan mudharat dan maslahatnya, sehingga ketika telah melakukan pekerjaan tersebut barulah dia menyesali perbuatannya. Ada kaedah yang menyebutkan:

Barang siapa yang tergesa-gesa untuk memperoleh sesuatu sebelum waktunya, maka dia dihukum dengan tidak mendapatkan hal tersebut.

Muhasabah sebelum beramal, juga berkaitan dengan apa yang telah disebutkan oleh Imam al-Bukhari dalam Kitab Shahihnya yaitu bab Al 'Ilmu Qablal Qauli wal 'Amal (berilmu sebelum berkata-kata dan beramal). Oleh karena itu, seyogyanya setiap orang mengetahui ilmunya terlebih dahulu kemudian beramal dengannya. Apatah lagi itu perkara agama, maka wajib hukumnya bagi setiap kaum Muslimin untuk mengetahuinya.

Jadi muhasabah sebelum beramal adalah hendaknya setiap orang berhenti sejenak dan merenungkan di saat pertama munculnya keinginan untuk melakukan sesuatu, tidak bersegera kepadanya sampai benar-benar jelas baginya bahwa melakukannya lebih baik dari pada meninggalkanya. Hasan al-Bashri—rahimahullah—berkata, "Seorang hamba berpikir di saat pertama ia ingin melakuan sesuatu. Jika itu karena Allah, ia lanjutkan. Dan jika bukan karena-Nya, ia menangguhkannya."

Dan perkataan Hasan al-Bashri ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan Imam Bukhari dan Muslim. Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu Rasulullah bersabda,

"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir hendaklah berkata yang baik atau diam.".

Imam An-Nawawi memaknai hadits di atas dengan maksud, “Jika seseorang ingin berbicara dan pembicaraannya adalah sesuatu yang baik, benar, berpahala, baik wajib maupun sunnah, maka silahkan ia bicara. Tetapi jika belum jelas baginya bahwa pembicaraan itu baik dan berpahala, maka hendaknya ia diam, baik itu pembicaraan yang haram, makruh, atau pun mubah.”

Imam As-Syafi’i juga memahami makna hadits di atas, "Jika seseorang ingin berbicara hendaknya ia merenungkannya. Bila jelas tidak ada mudharatnya, berbicaralah ia. Namun sebaliknya, bila jelas baginya mudharat hendaknya ia tidak berbicara."

Sebagian ulama salaf lainnya juga menjelaskan perkataan Hasan al-Bashri di atas, yaitu ketika seseorang tergerak untuk melakukan sesuatu amalan, pertama-tama ia harus merenung, apakah amalan itu mampu ia kerjakan atau tidak? Jika tidak ada kemampuan untuk itu, hendaknya ia berhenti. Tetapi jika ia mampu, hendaknya ia berpikir ulang, apakah melakukannya lebih baik dari pada meninggalkannya, ataukah sebaliknya? Jika yang ada adalah kemungkinan yang kedua, maka ia mesti meninggalkannya. Akan tetapi jika yang pertama, hendaknya ia bertanya, apakah faktor pendorongnya adalah untuk mendapatkan wajah Allah dan pahala-Nya, ataukah untuk mendapatkan kehormatan, pujian dan harta benda semata?

Maksud dari semua itu, hendaknya setiap orang yang ingin melakukan suatu pekerjaan memuhasabah dirinya terlebih dahulu sebelum mengamalkannya agar pelakunya tidak sia-sia mengerjakan perbuatan tersebut.

Hidup di Dunia Hanya Sementara
Firman Allah (artinya),

"Telah dekat kepada manusia hari menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi berpaling (daripadanya)." (QS. Al-Anbiyaa': 1).

Alangkah beruntungnya siapa pun yang saat ini semakin tersentakkan kesadarannya bahwa satu hal yang paling mahal dalam hidup ini ialah ketika mengetahui kehidupan di dunia hanya sementara. Ya, hidup ini hanya satu kali.

Adapun ujung dari perjalanan hidup ini hanyalah salah satu: "Surga atau neraka". Tidak ada yang lain. Orang tua, istri, anak-anak, dan siapa pun orang-orang yang kita cintai, pun akan menghuni salah satu dari dua: Surga atau neraka.

Surga hanya diberikan oleh Allah kepada orang-orang yang ketika hidup di dunia benar-benar menjaga dirinya dengan baik. Dia amat menjaga apa pun yang Allah inginkan. Dia amat memelihara apa pun yang Allah perintahkan. Ini membuat Allah senang kepada orang tersebut. Sehingga ketika hidup di dunia hatinya selalu dibahagiakan. Kebutuhannya dicukupi. Kesulitannya dimudahkan. Bahkan Allah akan mendatangkan rezki untuknya dari arah yang tidak disangka-sangka.

Allah pun membelanya setiap kali orang itu membutuhkan pembelaan. Dia pun mengangkat derajat kemuliaannya, sehingga tidak dapat diruntuhkan oleh siapa pun jua. Allah akan membuat dunia ini bertekuk lutut kepadanya dan menghamba meladeninya.Bila saat ajalnya tiba, maka Allah akan mencabut nyawa orang yang taat penuh dengan keindahan dan kelezatan husnul khatimah. Ketika jasadnya dimasukkan ke lubang kubur, maka kubur itu akan menyambutnya bagaikan seorang ibu yang amat merindukan anaknya yang telah lama tak bersua. Kubur akan mendekapnya penuh dengan kehangatan dan kemesraan. Tidak ada siksa kubur baginya. Tidak ada padang mahsyar yang menyakitkan. Tidak pula siksa neraka jahannam. Semua itu diberikan khusus kepada siapa pun yang ketika hidup yang singkat di dunia ini, ia menjaganya dengan sebaik-baiknya.

Akan tetapi, Allah pun menyediakan neraka jahannam, yang nyalanya berkobar-kobar. Kalau manusia berdiri di atas bara api dunia, maka api itu hanya akan membakar telapak kaki. Lain lagi api neraka. Bila seorang manusia berdiri di atas bara api neraka, atau bahkan hanya mengenakan sandal penghuni neraka, maka telapak kaki yang menempel itu akan membuat kepalanya mendidih.

Neraka disediakan bagi orang-orang yang tidak menyadari kedudukan mereka di hadapan Allah, bahwa dirinya itu adalah ciptaan Allah, milik Allah dan pasti kembali kepada Allah.
Wallohul Haadi Ilaa Sawaa-is Sabiil
-Abdul Rasyid Yusuf el Makassary_










Ingin Sehat, Minum Air Putih di Pagi

DI Jepang sedang tren minum air putih dingin saat perut kosong untuk mencegah berbagai penyakit. Dipercaya, air putih dapat menyembuhkan berbagai penyakit, seperti sakit kepala, sakit badan, arthritis, asma, detak jantung cepat, dan masih banyak lagi.


Kalau Anda mau mengikuti cara mereka, minumlah air putih begitu bangun pagi sebelum menggosok gigi sebanyak 4 gelas. Kalau tidak sanggup, bertahap mulai 2 gelas dulu. Baru Anda mandi dan menyikat gigi.

Jangan makan apa pun selama 45 menit berikutnya. Air putih dipercaya memadatkan minyak dan memperlambat pencernaan.(*) Sumber: tribun-timur.com


Wednesday, November 26, 2008

Puisi Untuk Ibuku

Ibu…
adalah wanita yang telah melahirkanku
merawatku
membesarkanku
mendidikku
hingga diriku telah dewasa
ibu..
adalah wanita yang selalu siaga tatkala aku dalam buaian
tatkala kaki kakiku belum kuat untuk berdiri
tatkala perutku terasa lapar dan haus
tatkala kuterbangun diwaktu pagi ,siang , dan malam
ibu..
adalah wanita yang penuh perhatian, dikala.
bila aku sakit
bila aku terjatuh
bila aku menangis
dan bila aku kesepian
ibu..
telah kupandang wajahmu diwaktu tidur
terdapat sinar yang penuh dengan keridhoaan
terdapat sinar yang penuh dengan kesabaran
terdapat sinar yang penuh dengan kasih sayang
terdapat sinar kelelahan karena aku.
aku yang selalu merepotkanmu
aku yang selalu menyita perhatianmu
aku yang telah menghabiskan air susumu
aku yang selalu menyusahkanmu hingga muncul tangismu.
ibu..
engkau menangis karena aku
engkau menderita karena aku
engkau kuruspun karena aku
engkau korbankan segalanya untukku
ibu..
jasamu tiada terbalas
jasamu tada terbeli
jasamu tiada akhir
dan jasamu terlukis indah didalam surga
ibu..
hanya doa yang bisa kupersembahkan untukmu
hanya tangisku sebagai saksi
atas rasa cintaku padamu..

Sunday, November 9, 2008

INGIN SELAMAT LEWAT AJARAN MUHAMMAD


SURAT IBU KEPADA ANAK DURHAKA

Wahai Anakku!
Inilah surat dari ibumu yang lemah, yang ditulis dengan penuh rasa malu setelah lama mengalami keraguan dan kebimbangan. Ibu pegang penanya berkali-kali lantas terhenti, dan ibu letakkan lagi pena itu karena air mata berlinang berkali-kali yang disusul dengan rintihan hati.

Wahai Anakku!
Sesudah perjalanan waktu yang panjang, ibu rasa engkau sudah dewasa dan memiliki akal sempurna maupun jiwa yang matang. Sedangkan ibu punya hak atas dirimu, maka bacalah sepucuk surat ini; dan jika tidak berkenan robek-robeklah sebagaimana engkau telah merobek-robek hati ibu.

Wahai Anakku!
Dua puluh lima tahun yang lalu adalah hari yang begitu membahagiakan hidup ibu. Ketika dokter memberitahu ibu, ibu sedang mengandung. Semua ibu tentu mengetahui makna ungkapan itu, yakni terhimpunnya kebahagiaan dan kegembiraan, serta awal perjuangan seiring dengan adanya berbagai perubahan fisik maupun psikis. Sesudah berita gembira itu ibu peroleh, dengan senang hati, ibu mengandungmu selama sembilan bulan.

bu berdiri, tidur, makan dan bernafas dengan susah payah. Namun itu semua tidak menyebabkan surutnya cinta ibu padamu dan kebahagiaan ibu menyambut kehadiranmu. Bahkan rasa cinta dan kerinduan ibu padamu tumbuh subur dan berkembang hari demi hari. Ibu mengandungmu dalam kondisi yang lemah dan bertambah lemah, payah dan bertambah payah. Ibu sangat bahagia meski bobotmu semakin berat, padahal kehamilan itu sangat berat bagi ibu.

Itulah perjuangan yang akan disusul dengan cahaya fajar kebahagiaan setelah berlalunya malam panjang, yang membuat ibu tidak bisa tidur dan kelopak mata ibu tak bisa terpejam. Ibu merasakan derita yang sangat, rasa takut dan cemas yang tak bisa dilukiskan dengan pena dan tak sanggup diungkapkan dengan retorika lisan. Ibu telah berkali-kali melihat kematian dengan mata kepala ibu sendiri, sehingga akhirnya engkau lahir ke dunia ini. Air mata tangismu yang bercampur dengan air mata kegembiraan ibu telah menghapus seluruh derita dan luka yang ibu rasakan.

Wahai Anakku!
Telah berlalu tahun demi tahun dari usiamu, dan dirimu selalu ibu bawa dalam hati ibu. Ibu memandikanmu dengan kedua tangan ibu. Pangkuan ibu sebagai bantalmu. Dada ibu sebagai makananmu. Ibu berjaga semalaman agar engkau bisa tidur. Ibu susuri siang hari dengan keletihan demi kebahagiaanmu. Dambaan ibu tiap hari adalah melihatmu tersenyum. Dan idaman ibu setiap saat adalah engkau meminta sesuatu yang ibu sanggup lakukan untukmu. Itulah puncak kebahagiaan ibu.

Itulah hari-hari dan malam yang ibu lalui sebagai pelayan yang tak pernah menyia-nyiakanmu sedikit pun. Sebagai wanita yang menyusuimu tiada henti, dan sebagai pekerja yang tak pernah putus hingga engkau tumbuh dan menjadi seorang remaja. Dan mulailah nampak tanda-tanda kedewasaanmu. Ketika itu pula, ibu kesana kemari mencarikan calon istri yang kau inginkan. Lalu tibalah saat pernikahanmu. Denyut jantung ibu terasa berhenti dan air mata ibu deras bercucuran karena gembira melihat hidup barumu dan karena sedih berpisah denganmu.

Saat-saat yang begitu berat telah lewat. Namun engkau seolah bukan lagi anak ibu, seperti yang ibu kenal selama ini. Sungguh engkau telah mengabaikan diri ibu dan tidak mempedulikan hak-hak ibu. Hari-hari berlalu dan ibu tidak lagi melihatmu dan tidak pula mendengar suaramu. Engkau masa bodoh kepada ibu yang selama ini menjadi pelayan yang mengurusimu.

Wahai Anakku!
Ibu tidak meminta apa pun selain posisikanlah diri ibu ini seperti kawan-kawanmu yang terdekat denganmu. Jadikanlah ibu sebagai salah satu terminal hidupmu sehari-hari, sehingga ibu dapat melihatmu meskipun sekejap.

Wahai Anakku!
Punggung ibu telah bongkok. Anggota tubuh ibu telah gemetaran. Beragam penyakit telah membuat ibu semakin ringkih. Rasa sakit senantiasa mendera ibu. Ibu sudah susah untuk berdiri maupun duduk, namun hati ibu masih sayang padamu.

Andaikan ada seseorang yang memuliakanmu sehari, tentu engkau akan memuji kebaikannya dan keelokan budinya. Padahal, ibumu ini telah benar-benar berbuat baik kepadamu, namun engkau tak melihatnya dan tak mau membalas kebaikannya. Ibumu telah menjadi pelayanmu dan telah mengurusmu bertahun-tahun. Lantas manakah balas budi dan hak ibu yang harus engkau tunaikan? Sekeras itukah hatimu? Apakah hari-hari sibukmu telah menyita seluruh waktumu?

Wahai Anakku!
Ibu merasakan kebahagiaan dan kegembiraan bertambah saat melihatmu hidup bahagia, karena engkau adalah buah hati ibu. Apa salah ibu sehingga engkau memusuhi ibu, tak suka melihat ibu, dan engkau merasa berat untuk mengunjungi ibu? Apakah ibu pernah berbuat salah padamu atau pelayanan ibu kurang memuaskanmu?

Jadikanlah ibu seperti pelayan-pelayanmu yang engkau beri upah. Curahkanlah setitik kasih sayangmu. Renungkanlah jasa ibu dan berbuat baiklah. Sungguh, Allah amat menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Wahai Anakku!
Ibu sangat berharap bisa bersua denganmu. Ibu tak ingin apapun selain itu. Biarkanlah ibu melihat muramnya wajahmu dan episode-episode kemarahanmu.

Wahai Anakku!
Sisakan peluang di hatimu untuk berlembut-lembut dengan seorang wanita renta, yang diliputi kerinduan dan dirundung kesedihan ini. Yang menjadikan kedukaan sebagai makanannya dan kesedihan sebagai selimutnya. Engkau cucurkan air matanya. Engkau membuat sedih hatinya dan engkau memutuskan hubungan dengannya.

Ibu tidak mengeluhkan kepedihan dan kesedihan ibu kehadirat-Nya, karena jika ibu adukan perkara ini ke atas awan dan ke pintu gerbang langit sana, ibu khawatir hukuman akan menimpamu, dan musibah akan terjadi dalam rumah tanggamu, lantaran kedurhakaanmu. Karena ibu teringat peringatan junjungan kita rasulullah saw

Maukah kalian aku sampaikan tentang dosa yang terbesar?" Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengucapkannya tiga kali. Para sahabat menjawab, "Ya, wahai Rasulullah". Beliau bersabda, "Menyekutukan Allah dan durhaka kepada kedua orang tua." (HR. Bukhari).
Tidak masuk surga orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Ahmad).

"Tiga golongan orang yang tidak akan dilihat (dengan pandangan rahmat) oleh Allah pada hari kiamat; orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya, orang yang suka minum minuman keras, orang yang suka mengungkit pemberiannya." (HR. Nasaai dan dinyatakan shahih oleh Albani).

Terlaknat orang yang durhaka kepada kedua orang tuanya." (HR. Hakim dan Thobrani serta dinyatakan shahih oleh Albani dalam Shahih at-Targhib wat-Tarhib, 2/334).

Tidak, ibu tidak menginginkan itu. Engkau tetap menjadi buah hati dan hiasan dunia ibu.

Camkanlah wahai Anakku!
Ketuaan mulai nampak dalam belahan rambutmu. Tahun demi tahun akan berlalu, dan engkau akan menjadi tua renta, sedangkan setiap perbuatan pasti akan dibalas setimpal. Engkau akan menulis surat kepada setiap anak-anakmu dengan cucuran air mata, sebagaimana yang ibu tulis untukmu. Dan di sisi Allah, akan bertemu orang-orang yang berselisih, hai Anakku. Maka bertakwalah engkau kepada Allah terhadap ibumu. Usaplah air matanya dan hiburlah agar kesedihannya sirna.

Robek-robeklah surat ini setelah engkau membacanya. Namun ketahuilah, siapa saja yang beramal shaleh, maka keshalehan itu buat dirinya sendiri, dan siapa yang berbuat jahat, maka balasan buruk bakal menimpanya.

"Barangsiapa mengerjakan kebajikan, maka (pahalanya) untuk dirinya sendiri, dan barangsiapa berbuat jahat, maka (dosanya) menjadi tanggungannya sendiri. Dan Rabbmu sekali-kali tidaklah menzalimi hamba-hamba-Nya." (QS. Fushshilat: 46).